DEMI KAMU


Sore itu
hujan deras, aku duduk di sebuah kursi panjang di depan rumahku. Tiba-tiba,
“Hai Dwi, sedang apa kamu melamun sendiri?”, tanya Rika sembari datang
menghampiriku dengan keadaan basah karena kehujanan. “Eh Rika, ini aku lagi
melihat hujan turun. O iya, kenapa kamu hujan-hujanan sampai basah seprti
itu?”, aku sedikit bertanya-tanya karena penasaran. “Ahh nggak apa-apa wi, aku
pengen aja”, “Emangnya di rumah kamu nggak punya paying?”, tanya ku sambil
meledek. “Ihh kamu tuh hina ya?”, jawab Rika sambil melontarkan senyum
manisnya.
Kami
keasyikan bercanda berdua, tiba-tiba mobil berwarna putih dengan desain yang
bagus membelokkan setirnya kearah rumahku, dan pemilik mobil itu langsung
keluar dan menghampiriku yang sedang duduk santai dengan Rika. “Hai Dwi”,
seorang gadis centil berpenampilan Glamor dan mewah menyapaku sedikit mengejek,
“Loh Aura, bagaimana kamu bisa tau rumahku?”, tanya ku sedikit bingung. “Kamu
nggak perlu tahu, aku datang kesini cuma mau ngasih undangan ulang tahunku yang
ke 17, besok!”, “O…..Ya”, “iya, aku mau kamu datang besok!”, sahut Aura sambil
pergi dan tancap gas mobilnya dengan cepat.
Keesokan
hari-nya, aku datang ke rumah Aura, namun keadaan di rumah Aura tampak sepi,
tak ada satupun orang yang sedang berpesta di sana, tak keihatan teman-teman
yang hadir, tak kelihatan orang tua Aura, bahkan Aura pun tak menampakkan
batang hidungnya. Tok…..tok…..tok, aku mengetok pintu rumah Aura.
“Assalamualaikum, Aura”. Aku mengucapkan salam sambil manggil-manggil nama
Aura, namun tak ada satu pun jawaba, dan kelihatannya tak ada satu pun orang di
rumahnya. Akhirnya aku memilih untuk pulang.
Sampainya
aku di rumah tiba-tiba pesan singkat meluncur ke handphone ku, yang ternyata
itu sebuah pesan dari Aura yang isi nya mengatakan bahwa pesta ulang tahunnya
di tunda 1 hari lagi yang tempatnya di Pantai Biru. Aku tak membalas pesan dari
Aura, karena hari itu aku langsung nyiapin kado spesial buat Aura, namun
tiba-tiba layar handphone ku berkedip. Getarannya sampai mengagetkanku, dan ternyata
itu adalah telepon dari Deri, yaiu teman baikku sejak SMP dulu. “Ya hallo, ada
apa Deri?”, tanyaku saat mengangkat telepon sambil mengemas kado. “Hallo Dwi,
begini wi ada yang mau saya omongin ke kamu”, jawab Deri seperti kebingungan.
“Iya ada apa sih?, ngomong aja!”, “Kamu bsok mau datang ke acara ulang tahun
Aura ya?”, “Iya, emangnya kenapa?” jawab ku sedikit bingung. “Sebaiknya jangan
deh” kata Deri sedikit memaksa. “Loh, emangnya kenapa?”, jawab ku agak nyolot.
“Aura itu punya niat jahat sama kamu”, Jawab Deri meyakinkan. “Ahh itu nggak
mungkin!”. Sahutku sambil menutup telepon dan berusaha mengabaikan omongan
Deri.
Adzan
Subuh telah berkumandang, itu artinya hari telah berganti pagi. Aku langsung
mandi dan mengambil air wudhlu dan segera sholat subuh. setelah sholat subuh
aku melanjutkan mengemas kado untuk Aura yang terunda tadi malam gara-gara
Deri. Dengan cepat aku terus mengemas kado untuk Aura itu.
Waktu
terus berjalan. Tiba-tiba jam di tangan ku menunjukkan pukul 08.00 pagi. Aku
langsung bersiap dan bergegas menuju acara ulang tahun Aura, dan tak lupa kado
spesial yang aku siapkan buat Aura. Namun saat di jalan, Aura menelpon ku yang
katanya aku suruh mampir kerumahnya dulu, dan aku pun langsung menuju rumah
Aura. Tok…..tok….. “Assalamualaikum” sapa ku. Tak lama kemudian mama Aura
menjawab “Waalaikumsalam, eh Dwi, silahkan masuk dulu, Aura masih siap-siap”,
kata mama Aura dengan lembut. Aku pun masuk ke rumah Aura. Aura keluar dari
kamarnya. “kamu nggak usah bawa motor, motor kamu taruh sini aja. Kita pakai
mobil!”, kata Aura. “Ahh nggak usah Aura, aku pakai motor aja, nanti malah
ngerepoin kamu”, jawabku agak sungkan. Maklum, Aura adalah anak orang kaya,
sedangkan aku hanya orang biasa. Namun Aura tetap memaksaku. Akhirnya aku mau
naik mobil dengannya. Tapi sebelumnya, Aura menyuruhku untuk bantu masukin
barang-barang pestanya untuk dimasukin ke dalam mobilnya.
Jarum
jam ditanganu menunjukkan pukul 10.02. Aura langsung menginjak gas mobilnya
dengan kencang untuk menuju tempat acara ulang tahunnya itu. Setelah perjalanan
kurang lebih 60 menit, akhirnya aku dan Aura sampai di tujuan. Aku langsung
membantu Aura mengeluarkan barang-barang dan menyiapkan makanan. Karena hari
sudah menunjukkan pukul 01.10 dan teman-teman sudah hadir akhirnya acara sudah
dimulai, namun saat aku berjalan menuju ke tempat teman-teman, Aura
menghadangku dan menyuruhku kemballi ke dalam mobil. Aura berkata “ Heh kamu di
sini aja jangan keluar, aku nggak mau acara ulang tahunku hancur gara-gara
kamu”, kata Aura sambil menunjukkan wajah sadisnya. “Tapi kan aku disini juga
teman kamu. Kamu sendiri yang mengundang aku, kenapa aku nggak boleh ikut
acaranya?” tanyaku heran. “itu karna kamu nggak bawa kado buat aku”, jawab
Aura. “Tapi kan……”, Aura langsung mengunci mobilnya dan pergi meninggalkanku.
“Aku hanya bisa bersabar karena ini demi kamu ra”. Bisikku dalam hati..
Suara
nyanyian mereka yang sedang merayakan ulang tahun terdengar sampai ke
telingaku. aku sedih, karena nggak bisa ikut bersenang-senang bersama teman.
Namun tiba-tiba ombak di laut itu menjadi besar dan langsung menghantam semua
orang yang berada di pinggir pantai. Aku pun kaget dan langsung teriak keluar.
Kejadian itu tak terjadi lama, hanya hitungan detik air itu langsung melalap
semua orang, dan dalam hitungan detik pula, beberapa orang langsung terseret
dibawanya. “astaghfirrulohaladzim” teriakku dan langsung menuju ke bibir pantai
untuk mencari Aura. “Aura…. Mana Aura….”. aku mencari kesana kemari tak
menemukan Aura, yang ada hanya orang-orang yang terluka karena kejadian itu.
Aku menangis kencang, tiba-tiba “Dwi, kamu tenang Aura ada bersamaku”, suara
lelaki separuh baya yang telah ku kenal lama, dia tak lain adalah pak Buyung.
“Pak Buyung, Aura….. Kamu nggak apa-apa?”, tanyaku dengan cemas. Merekaa belum
menjawab pertanyaan ku, namun aku langsung membawa Aura untuk ku obati di dalam
mobil. “Aw…. Sakit wi, aku nggak tahan lagi”, Aura teriak kesakitan. “iya Aura
kamu tenang dulu, ini obat Cuma untuk meringankan rasa sakit kamu. Kamu tenang
ya, sekrang kita ke rumah sakit aja”, kami menuju ke rumah sakit untuk
pertolongan selanjutnya.
Setelah
sampai di rumah sakit, Aura langsung di beri pertolongan. Selang beberapa jam
kemudian akhirnya Aura ke luar dari ruang UGD, karena sakit nya nggak terlalu
parah, akhirnya Aura di anjurkan untuk pulang. Aku tetap menemani Aura dan
mengantarkan dia sampai di rumahnya. Saat sampai di rumah Aura terkejut dengan
adanya sebuah kado di kamarnya. “kado dari siapa ini?” Aura penasaran, dan
langsung membuka kado itu. “Novel persahabatan karya Dwi, ini dari kamu wi?”,
tanya Aura kaget. “Iya ra, maaf ya aku Cuma bisa ngasih kado itu, tapi bagi ku
itu kado special ra, karena itu Novel mengisahkan persahabatan kita, O… Iya aku
juga minta maaf karena aku ngasih kado nya di sini nggak pas di acara kamu
tadi, soal nya aku mau ngasih kamu surprise”, “Ya Allah Dwi, kamu baik banget,
ini kado udah lebih dari cukup, seharusnya malah aku yang minta maap, karna aku
sudah jahat sama kamu”, Aura menyesal. “Iya ra, aku udah maap in kamu kok,
karna kamu teman terbaikku”, akhirnya Aura menyadari kesalahannya, dan mereka
hidup bahagia dengan persahabatannya.
UNSUR CERPEN
Ø
TEMA : persahabatan
Ø
LATAR :
·
Waktu : Sore, malam, pagi pukul 08.00, pukul 10.02,
siang pukul 01.00
·
Tempat : Rumah Dwi, Rumah Aura, Pantai
Biru, Rumah Sakit
Ø
PENOKOHAN
: Penulis sebagai pelaku utama
Ø
ALUR : Maju
Ø
SUDUT
PANDANG :
·
Protagonis:
Dwi : baik, penolong, bijaksana, bersabar,
tidak mudah percaya
Rika : cantik, baik, lucu
Deri : baik, perhatian
Mama Aura : lembut, kalem, baik
Pak Buyung : suka menolong, baik
·
Antagonis:
Aura : jahat, centil, bersifat material, glamor, gengsian
Ø
AMANAT :
Janganlah
mudah berburuk sangka kepada orang lain, karena belum tentu orang yang kamu
benci akan selmanya jahat kepadamu, bahkan orang yang kamu benci akan selalu
ada di saat kamu membutuhkan.
DEMI KAMU
Karya :
Dwi Septina